Nanda dan Sederet Janji

Haloo...

Keluarga adalah tempat dimana seseorang bisa merasa nyaman. Keluarga adalah tempat aman untuk berkeluh kesah dan berbagi kebahagiaan. Ya setidaknya itu adalah gambaran saya tentang keluarga. Saya memang dari keluarga 'broken-home' tapi saya tak merasa kekurangan kasih sayang. Meski sempat merasa pahitnya kehilangan namun saya bisa melewati semua itu.


Bicara soal keluarga, bagi anak-anak kehadiran orang tua sangatlah penting. Ada rasa ingin berbagi, bercerita apa yang sudah dialami disekolah, berbagi apa yang dirasakan kala ulangan, butuh cerita ada jajanan apa yang menarik dan lain sebagainya.

Kali ini saya mau sedikit curhat soal keponakan saya yang namanya Nanda. Dia ini putri dari sepupu saya. Orang tuanya bercerai dan membuat Nanda harus ikut tinggal bersama ayahnya. Ia juga serumah dengan kakek dan neneknya.

Nanda ini berusia 9 tahun. Jika digambarkan, ia adalah sosok anak periang kebanyakan, gemar menebar senyum manis dan selalu riuh celoteh khas anak-anaknya. Anaknya sangat mandiri terbiasa membantu neneknya mengerjakan segala aktifitas rumah, dari goreng-menggoreng, menjemur baju, menyetrika hingga membuatkan kopi sang ayah.

Liburan kemarin dia menginap dirumah saya di Malang, memang hanya sebentar karena ia tak bisa meninggalkan kegiatan ngaji-nya bersama teman-temannya dirumah. Namun dalam waktu yang sebentar itu saya jadi tahu rasanya jadi ibu. Ya memang tak seribet yang mulai dari hamil hingga melahirkan. Saya tinggal ngurus dia yang udah gede udah mandiri tapi saya ngerasa ada tanggung jawab besar meski cuma beberapa hari saja.

Ini adalah liburan pertama kalinya di Malang maka saya ingin membuatnya betah. Saya ingin membuat liburan Nanda berkesan sekaligus ingin merasakan jadi ibu beberapa hari. Kehadiran Nanda dirumah bikin suasana selalu ceria. Ada saja celotehnya yang bikin semua tertawa.

Dibalik celoteh polosnya ada beberapa celetukan yang bikin trenyuh. Misalnya saja kala membuat onde-onde untuk cemilan, ia nyeletuk dengan ceria, "enak ya disini bisa bikin cemilan macem-macem, dirumahku gak ada apa-apa". Jleb...waktu dibikinin puding dan ia gak langsung menghabiskan, " buat nanti lagi ya, soalnya enak banget jadi besok bisa makan lagi".

Dan kala asyik ngobrol sana sini dia tiba-tiba bilang, " aku gak punya mama, jadi semua bude-ku tak panggil mama". Saya ngerti rasanya enggak ada salah satu orang tua itu seperti apa. Dan saya langsung memeluknya dan bilang, "Nanda boleh kok manggil tante jadi Mama". Dia butuh perhatian seorang ibu maka kala liburan itu seharian dia ngintilin saya melulu. Ketika saya menemaninya sambil kerja, ia pun protes, "mama kerjanya kok lama sih, mainnya sama aku kapan?". wahhhh...saya ngerasa dibutuhin banget deh..dan rasanya gak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Nanda adalah anak yang selalu ceria, ia banyak cerita tentang sekolahnya, temannya, pelajarannya dan kehidupannya sehari-hari. Meski ceritanya banyak sedihnya tapi ia menceritakannya dengan riang dan tanpa beban. Itu justru bikin yang dengar makin trenyuh. Ia bilang ingin menabung untuk membeli kambing qurbannya sendiri. Ia juga bilang bahwa ia berjualan es di sekolah, uang hasilnya bisa untuk jajan atau untuk ditabung guna beli kambing. Duh saya langsung mikir, dulu saya usia 9 tahun enggak pernah tuh kepikiran pengen nabung buat beli kambing. Yang ada uangnya dikumpulin buat sewa komik atau buat beli buku cerita.

Suatu kali saya mengajak Nanda ke alun-alun Batu, niatnya ingin mengajaknya naik Ferris Wheel. Sampai disana ia takjub bukan main dan kecerian di matanya ditambah celotehnya yang tak henti bikin saya terharu. Malamnya sebelum tidur ia minta dibacakan cerita sama suami saya. Karena kita enggak punya simpenan buku cerita anak-anak yawes ngarang aja. Untung ia bisa cepat tidur sebelum ceritanya tamat (saking ngeboseninnya ceritanya kali ya hihihi...)

Besoknya kami kembali mengajak Nanda jalan-jalan lagi. Tetap dengan gaya cerianya dia kembali bercerita bahwa ia belum pernah ke banyak tempat rekreasi. Bahkan untuk ke Kebun Binatang saja ia belum penah. Maka untuk beberapa hal yang belum pernah saya dan suami pun berjanji pada Nanda untuk mengajaknya lain kali. Mulai dari ngajak kembaran pakai jaket jeans, ngajak naik kereta api, ngajak ke pantai, ngajak bikin kue bareng dll kala liburan panjang tiba.

Kami mulai terbiasa dengan Nanda, sudah mulai tahu dia paling suka dadar telur dan brokoli goreng tepung. Sudah hapal kalau pagi ia pasti akan segera menyeret suami saya untuk bangun dan jogging bareng. Kami terbiasa dengan dia dirumah dan sulit banget melepasnya untuk pulang. Pagi terakhir ia dirumah Malang ia minta dibuatkan cilok, setelahnya makan bersama pakai telur dadar khas buatan suami.

Dan saat Nanda sudah pulang baru terasa kekosongan itu. Tak ada lagi yang minta didongengi, tak ada lagi yang nyeret ngajak jogging pagi hari, tak ada lagi yang ngoceh ini itu, tak ada lagi yang protes kala saya kembali berkutat dengan kerjaan. Saya dan suami pun merasa banget ada yang kurang, WA dan videocall aja enggak cukup ngobati kangennya.

Dan beberapa hari bersamanya cukup berkesan. Kami tak sabar menunggu liburan panjang yang masih lama. Terima kasih ya Nanda, sudah mau jadi anak Mama dan Papa. Kamu sudah memberikan pengalaman yang paling menyenangkan selama liburan ini. Semoga pada liburan panjang nanti kita bisa kembali berkumpul dan melaksanakan semua janji yang kita buat.

1 komentar: