The Day I Lost You...(part 4)

 Dear Readers...





Selalu ada hal yang menarik untuk diingat tentangmu. Kebaikanmu, senyummu, ketulusanmu, dan pengorbananmu. Tentu saja termasuk dengan kekonyolan dan keabsurd-an-mu.

Waktu berjalan dan tak terasa kamu diwisuda. Aku, mama, dan mas mengantarmu pada momen bahagia tersebut. Pulang dari wisuda, kita makan bakso bersama di bakso langganan mama sedari zaman sekolahnya dulu. Setelahnya, kita pulang, dan mas memintamu menyetir mobil sebagai latihan. Awalnya semua normal, sampai ketika mobil tiba-tiba mogok di perempatan jalan, semobil panik langsung nyebut nama Allah. Untunglah mobil tiba-tiba nyala dan bisa jalan di tengah kepanikan tersebut.

Usai wisuda, ada jeda beberapa bulan sampai kamu mulai panik mencari kerja. Selain karena diomeli mama juga karena sudah mulai muncul rasa tanggung jawab. Kamu mulai mengirim lamaran kesana kemari. Selain itu, kamu juga bantu-bantu ayah yang sudah pensiun untuk merawat tambak ikan. Kamu pernah bilang kamu sangat suka pemandangan Danau Ranu. Kamu senang menghabiskan waktu di gubuk ayah di tengah Ranu melihat gemericik air, melihat ikan, dan pemandangan alam sekitarnya. 

Pada akhirnya kamu bekerja magang di sebuah bank dan juga bekerja di sebuah MA swasta. Meski di MA gajimu tak seberapa, namun kamu sangat giat bekerja di sana. Aku ingat saat kamu baru gajian, kita berdua sepakat nabung untuk membelikan mama hadiah menjelang ulang tahunnya. Mama juga sangat senang ketika tahu berbagai hadiah yang kita belikan.



Setelahnya, temanmu Doni mengajakmu bekerja di Surabaya. Dengan iming-iming gaji yang lebih baik, kamupun berangkat. Alhamdulillah, kamu diterima. Awalnya kamu merasa sangat menderita karena memang harus mulai dari awal. Toko ditempatmu bekerja memang baru buka, sehingga kamu jadi harus banyak lembur dari pagi sampai malam. Seminggu, kamu hanya dapat jatah libur sehari saja kadang cuma setengah hari. Beberapa bulan berjalan, kamu bilang tidak betah karena kurang tidur dan lainnya.

Namun kamu juga mulai menikmati gajimu. Kamu merasa gajimu sepadan dan akhirnya kamu bertahan di sana. Aku, mama, dan mas sempat mengunjungimu saat kamu hendak pindah kos. Kamu menjamu kami dan bahkan mentraktir kami makan selain mengajak untuk ke tokomu juga. Aku bahagia melihatmu sudah beradaptasi dengan lingkungan kerjamu.



Selama di Surabaya, kamu kerap menelepon atau video call aku. Kadang sekadar bertanya kabar, kadang bertanya kapan bisa pulang ke Grati supaya bisa bertemu dan makan bersama. Selama video call, kadang kita juga mengajak mama video call bersama. Curhat dan saling basa basi tentang hidup. 

Kamu begitu mandiri. Kamu tak malas masak sendiri di kos. Kadang kamu meneleponku sepulang kerja hanya untuk tanya resep masakan, atau untuk sekadar menemani kamu memasak dan makan.

 Kamu juga bukan termasuk anak yang aji mumpung, kamu selalu apa adanya. Saat kerumahku, aku ingin membuatkan lauk untuk dimakan di kos. Kutawarkan aneka lauk yang rumit dibuat dan yang kamu suka. Tapi kamu tak pernah minta aneh-aneh. Kamu hanya minta dibawakan tempe kacang. Untuk lauk lainnya favoritmu adalah ayam krispy dan sambal goreng ati.

Saat pulang ke rumah mama pun kamu tidak pernah minta lauk aneh-aneh. Ikan seadanya seperti tahu atau dadar jagung pun kamu mau. Bahkan untuk bekal balik ke kos kadang kamu cuma minta telur ceplok saja. 

Meski kamu di Surabaya dan aku di Malang, kita masih sempat rekreasi bersama. Aku ingat kita ke JTP 3. Kamu baru bekerja setengah hari lalu pergi ke Malang, baru sampai rumahku, kamu langsung berangkat bersama kami ke JTP 3. Kamu tertidur di mobil, dengan lingkar hitam di mata kamu tetap semangat jalan-jalan dan berfoto bersama.







Waktu berlalu, dan kamu pun memutuskan untuk menikah. Kami mendukungmu, apapun yang membuatmu bahagia kami mendukungmu. Segala persiapan pernikahan direncanakan dalam waktu yang singkat. Dan November 2020 kamu resmi jadi seorang suami. Saat itu, aku baru tahu apa yang kamu rasakan. Aku merasa kehilangan seorang adik. Rasanya tidak lagi sama...Kamu di sana, kamu ada, tapi sudah berbeda. Kini aku tahu apa yang kamu rasakan saat aku menikah.

Hubungan kita tetap sama, kamu adalah adik tersayangku dan akan tetap begitu selamanya...Meski sedikit berbeda karena kini kamu punya tanggung jawab lebih, namun aku tetap ingin selalu ada untukmu, begitulah tekadku kala itu... sebelum aku tahu...bahwa ada hal lain yang bisa memisahkan kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar